Mengupas pemikiran Hermawan Kartajaya dalam Marketing Plus 2000
oleh :
Hazairin Bakri (Ketua DPU SP BNI Semarang Periode Thn 2009-2011)
Saat ini menjabat sebagai Pemimpin BNI KLN KLATEN, KCU SRS
SALAM
SP....
Anda tahu tentang
“Konperensi organ-organ tubuh” ?..ceritanya semua organ tubuh berkumpul untuk
memilih ketua. Otak minta dipilih jadi ketua karena dialah yang berpikir. Kalau
otak macet, orang sebenarnya sudah “setengah mati”. Jantung juga merasa dirinya
penting, karena dialah yang menyalurkan
darah kemana-mana. Kalau jantung tidak bekerja, orang otomatis mati.
Mata juga tidak terima, dialah yang bisa melihat jauh atau dekat. Tanpa mata,
orang akan jadi buta. Asshole atau
lubang pantat yang tidak dibicarakan menjadi gondok dan langsung keluar
ruangan. Soalnya, tidak ada orang lain yang mencalonkan bahkan memperhitungkan
dia. Asshole dianggap tidak penting dan letaknya di bawah. Juga baunya tidak
enak !.
Semua organ tubuh
lain tidak peduli ketika melihat asshole
keluar. Tapi apa yang terjadi setelah tiga hari ? mata mulai berkunang-kunang !
Setelah lima
hari, jantung berdebar-debar ! Akhirnya, setelah seminggu, otak tidak bisa
diajak berpikir lagi ! Itulah akibatnya, kalau asshole tidak mau bekerja dan
menutup saluran yang biasa membuang kotoran ! Akibatnya asshole,
dipanggil masuk ke ruangan lagi dan diangkat jadi ketua ! Asshole langsung
bekerja lagi. Mata, jantung dan otak pun lantas bisa berfungsi kembali !!.
Ini tentunya cerita
khayal. Tapi analoginya ada pada perusahaan yang tidak boleh membeda-bedakan
fungsi dari orang-orangnya. Orang yang bekerja pada departemen perencanaan dan
pengembangan juga sering menyebut diri mereka sebagai otak perusahaan.
Merekalah yang bertanggungjawab memikirkan tentang pengembangan perusahaan.
Persis otak manusia ! Orang-orang keuangan sering menyebut diri sebagai
“jantung” perusahaan. Mengapa ? Karena mereka yang mengalirkan “darah”
perusahaan yang berwujud uang. Perusahaan yang kesulitan likuiditas sama saja
seperti kekurangan darah, walaupun masih solvable ! itu sama seperti manusia
yang aliran darahnya mandeg karena jantung tidak bekerja.
Sedang orang-orang
market research dan business intelligence menyebut dirinya sebagai “mata”
perusahaan. Bahkan mata dan telinga ! orang bagian itu menyatakan bahwa
merekalah yang menunjukkan pada perusahaan, tentang arah, tujuan maupun
strategi perusahaan. Kompetensi antar
fungsi untuk jadi yang paling penting selalu terjadi dimana-mana. Bahkan
konflik yang terjadi di dalam bisa lebih “seru” dibanding kompetisi keluar.
Yang kasihan tentunya departemen asshole. Departemen general affair, misalnya, biasanya bernasib malang . Peran departemen ini adalah untuk
menampung semua pekerjaan yang tidak bisa “masuk” ke departemen lain. Penentuan
job description-nya dilakukan paling akhir, karena harus melihat dulu, apa-apa
yang tidak bisa masuk di departemen-departemen lain.
Departemen general
affair ini bisa menampung tugas kebersihan, keamanan, kesehatan, bahkan urusan
gudang dan personalia, Ya, bahkan urusan manusia yang begitu penting,
dibeberapa perusahaan bisa diurusi juga oleh departemen ini! Suatu organisasi yang
fungsi-fungsinya saling berebut jadi “ketua” tidak akan menjadi suatu
organisasi yang kuat !!! sebab akan banyak energi terbuang di dalam organisasi
semacam ini dan lupa akan tugas utamanya, melayani customer !!! Dalam suatu
perusahaan yang benar-benat a truly marketing company, setiap bagian, setiap
fungsi, bahkan setiap orang adalah
penting. Mereka harus punya persepsi yang sama terhadap “brand, service dan process”. Tiga hal yang
merupakan “sila” sebuah perusahaan marketing !
Brand bukan hanya
urusan brand manager, product manager atau bahkan marketing manager ! Brand
harus diurus, dipertahankan dan diperkuat terus equity-nya oleh semua orang,
semua fungsi dan semua bagian dalam sebuah perusahaan. Bisa saja justru produk
makanan yang sudah expired di pengecer dan harus ditarik, tapi bagian keuangan
tidak setuju karena hal tersebut menimbulkan kerugian. Bagian pemasaran
mengusulkan supaya semua produk makanan tersebut ditarik dan dihancurkan saja. Bagian
keuangan mengusulkan supaya diberikan diskon lebih besar kepada pengecer agar
bisa tetap dijual dengan harga “miring” ! So What ? ini adalah masalah brand
image yang belum dipersepsikan secara sama oleh semua bagian.
Begitu juga dengan
service. Ini bukan pekerjaan dari bagian customer service atau after sales
service saja !! Semua orang di dalam sebuah perusahaan harus menjadi service
provider, secara langsung atau tidak langsung pada customer. Karena itu semua
orang harus berpikir untuk menjadi “pelayan”. Seorang bagian teknik di sebuah
perusahaan industri, bisa membantu kliennya dengan mengunjungi pabrik klien
tersebut. Kalau mesin yang dijual, maka nasehat dia bagaimana menggunakan,
memelihara mesin lebih baik, merupakan suatu keharusan. Bahkan dia harus bisa
ikut berunding dengan kliennya tentang pengembangan berikutnya dari mesin
tersebut yang akan dbutuhkan di masa mendatang.
Tentang process sudah
jelas !! Setiap orang diperusahaan harus bisa menjadi marketer dalam arti ikut
memperlancar proses pelayanan ke customer, baik secara langsung atau tidak
langsung. Setiap orang harus bisa dan mau berpikir sampai dimana nilai tambah
yang didapat konsumen dari apa yang dikerjakannya. Dengan demikian, baru
bisa terjadi bahwa setiap orang tidak hanya mengerjakan pekerjaan yang
“ditugaskan”, tapi yang “bernilai” untuk konsumen. Tiga “sila” dari suatu
perusahaan marketing ini harus dihayati, diamalkan oleh setiap orang dalam
perusahaan.
Di dalam sebuah truly
marketing company, marketing sudah jadi soul atau jiwa dari sebuah perusahaan.
Dengan trend “penghancuran” fungsi menuju ke proses seperti yang berlangsung
pada saat ini, mungkin saja suatu saat fungsi pemasaran akan hilang ! Tapi
marketing sebagai “jiwa” dari sebuah perusahaan dalam arti setiap orang adalah
marketer, tidak bisa dihindari dan akan semakin menguat.